Rabu, 17 Maret 2010

dioxin ( daur ulang limbah kertas)

Bahaya Dioxin

BAHAYA DIOXIN




Rani maharani dalam blognya menungkapkan bahaya dioxin yang tidak banyak kita ketahui namun nyata keadaanya mengungkapkan bahaya dioxin tersebut tengah menjelaskan Setiap tahun lebih dari 8000 wanita di Indonesia meninggal akibat kanker mulut rahim (kanker serviks). Jika seseorang mulai terjangkit infeksi vagina sejak usia 20 tahun, maka sedikitnya 6 tahun hidupnya akan dihabiskan hanya untuk pengobatan. Banyak wanita terjangkit infeksi vagina disebabkan oleh pemakaian pembalut yang kurang berkualitas.

The Tampon Safty and Research Act of 1999, H. R. 890, USA 1999 (Kongres tentang Penelitian dan Keamanan Tampon di Amerika Serikat tahun 1999), menyatakan bahwa, zat Dioxin dan serat sintetis yang terkandung dalam pembalut wanita dan produk yang mirip lainnya, berisiko terhadap: kanker serviks, endometriosis, kanker ovarium, kanker payudara, penurunan system kekebalan tubuh, radang serviks dan lain-lain.

Para ahli internasional tentang penelitian atas kanker, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa zat dioxin dapat menyebabkan kanker.

Zat dioxin adalah sebuah hasil sampingan dari proses bleaching (pemutihan) yang digunakan pada pabik kertas, termasuk pabrik pembalut wanita, tissue, sanitary pad dan diaper (pembalut untuk anak-anak).
Bagaimana zat dioxin bisa meresap kedalam rahim?

Bila darah haid jatuh ke permukaan pembalut, zat dioxin akan dilepaskan melalui permukaan vagina, kemudian diserap kedalam rahim melalui saluran serviks lalu masuk ke uterus melalui tuba falopii dan berakhir di ovarium.

Mengapa wanita tempo dulu jarang mengalami masalah kewanitaan?

Wanita tempo dulu tidak menggunakan pembalut seperti pembalut saai ini. Mereka memakai handuk/kain berbahan cotton. Tetapi wanita sekarang menggunakan pembalut biasa. Bahkan setiap hari memangai pentilener demi kenyamanan aktivitas sehari-hari.

Pembalut wanita adalah produk sekali pakai. Karena itulah para produsen mendaur ulang bahan baku kertas bekas dan pulp menjadikannya bahand asar untuk menghemat biaya produksi. Dalam proses mendaur ulang, banyak bahan kimia yang digunakan untuk proses pemutihan kembali. Menghilangkan bau dan proses sterilisasi kuman-kuman pada kertas bekas sebagai bahan dasar pembalut. Kertas bekas yang di daur ulang dan memakai bahan kimia ini dijadikan pembalut wanita yang sering kita jumpai dipasaran dan dipakai para onsumen. Pembalut ini mengandung zat dioxin yangs angat berbahaya.

Bahaya dioxin.

Seperti penjelasan diatas, dioxin adalah produk sampingan yang dihasilkan dari proses pemutihan atau bleaching. Dioxin ini bisa berakibat vital bagi kesehatan terutama pada wanita. Dioxin bisa menyebabkan
kanker servik (kanker leher rahim),



kanker payudara,



Myom,




Kista,




dan toxic untuk kulit kita.

Mulai sekarang disarankan untuk berthai-hati dalam memilih pembalut mengingat bahaya yang menunggu untuk diaktifkan.

waspada adanya kangker serviks

Waspada.. Kanker Serviks Mengintai Hidup Anda

Salah satu jenis kanker yang menjadi momok bagi kaum Hawa adalah kanker serviks atau kanker leher rahim. Kanker ini merupakan jenis penyakit kanker paling umum kedua di seluruh dunia yang biasa diderita wanita di atas usia 15 tahun.

Faktanya, di dunia sekitar 500 ribu wanita didiagnosa menderita kanker serviks dan rata-rata 270.000 kematian setiap tahunnya atau dengan kata lain setiap dua menit seorang wanita meninggal karena kanker serviks.

Sementara di Asia, kanker serviks merupakan penyakit kanker pada wanita kedua terbanyak diderita dan lebih dari setengah wanita Asia yang menderita kanker serviks meninggal dunia. Ini sama dengan 226ribu wanita yang didiagnosa menderita kanker serviks dan sebanyak 143ribu penyebab kematian atau dengan kata lain setiap 4 menit, seorang wanita di Asia Pasifik meninggal karena kanker serviks.

Menurut Dr. A. M. Puguh, SpOG, Ahli Kebidadanan & Kandungan RS Husada Jakarta, di Indonesia kanker serviks merupakan kanker nomor satu yang umum diderita wanita Indonesia. Pada tahun 2001, kasus baru kanker serviks sejumlah 2429 dari total kasus kanker, sehingga merupakan peringkat satu yaitu 25,91 persen dari keseluruhan kanker.

Masih menurut Dr. Puguh, semua wanita yang aktif secara seksual, memiliki resiko terinfeksi kanker serviks atau tahap awal penyakit ini tanpa memandang usia atau gaya hidup. Kanker serviks merupakan kanker yang dapat mempengaruhi wanita dengan latar belakang dan umur yang berbeda di seluruh dunia. Jika ditarik angka rata-rata, kanker serviks ini seringkali menjangkiti dan dapat membunuh wanita di usia produktif sekitar 30-50 tahun yang mana pada saat itu mereka masih memiliki tanggung jawab ekonomi dan sosial terhadap anak-anak dan anggota keluarga lainnya.

Penyebab Kanker Serviks
Umumnya kanker serviks mulai menyerang dari leher rahim ( bagian dari uterus atau rahim) dan kemudian mencapai vagina. Kanker ini akan menyebar secara bertahap bila tak terdeteksi secara dini dan diberikan pengobatan.

Lalu apa penyebab terjadinya kanker pada leher rahim? Penyebab paling umum adalah serangan virus HPV (human papillomavirus). Ada 100 tipe virus HPV yang teridentifikasi dan kebanyakan tidak berbahaya serta tidak menunjukkan gejala. Sebanyak 40 tipe HPV dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Sasarannya adalah alat kelamin dan digolongkan menjadi dua golongan yaitu tipe HPV penyebab kanker dan HPV beresiko rendah.

Terdapat 15 jenis tipe yang menyebabkan kanker yang dapat mengarah kepada kanker serviks, yakni HPV 16, 18, 45 dan 31 yang merupakan penyebab lebih dari 80 persen kasus kanker di Asia Pasifik dan dunia.

Siapa Yang Beresiko Terkena Kanker Serviks?
Setiap wanita beresiko terjangkit kanker serviks selama hidup mereka tanpa memandang usia dan gaya hidup. Ini dikarenakan HPV merupakan visus yang umum dan mudah ditularkan melalui kontak kulit kelamin. Meski dalam berhubungan intim, pasangan dari wanita tersebut sudah mengenakan kondom, namun sayangnya penyebaran HPV tak dapat sepenuhnya melindungi wanita dari infeksi HPV.

Baik wanita muda maupun dewasa beresiko terkena kanker serviks yang disebabkan oleh infeksi atau infeksi berulang yang disebabkan oleh HPV penyebab kanker. Diperkirakan 50-80 persen wantia mendapatkan infeksi HPV melalui kontak kelamin dalam hidup mereka dan sampai dengan 50 persen infeksi tersebut berpotensi menyebabkan kanker. Resiko sudah dimulai dari kontak seksual pertama kali yang dilakukan oleh wanita.

Kebanyakan infeksi HPV dapat hilang dengan sendirinya akan tetapi banyak juga yang menetap dalam tubuh penderita. Dan tidak seperti virus lainnya, ketika seorang wanita terinfeksi virus HPV bukan berarti wanita tersebut akan memiliki kekebalan terhadap virus ini. Ketika seorang wanita telah terpapar HPV, ia tetap beresiko untuk mendapatkan infeksi berulang dari tipe HPV yang sama atau berbeda dan peluang wanita tersebut terkena kanker serviks menjadi jauh lebih besar.

Lantas bagaimana cara mendeteksi kanker serviks?
Cara mendeteksi kanker serviks secara dini adalah dengan melakukan pap smear atau IVA. Tes ini dapat mendeteksi awal kanker serviks dimana perubahan sel dapat diidentifikasi di leher rahim.

Seperti sifat kanker pada umumnya, tak akan terlihat gejala apapun (secara fisik) pada stadium awal dari kanker serviks. Namun deteksi dini penting untuk dilakukan karena dapat membantu mendeteksi perkembangan kanker serviks, meski tak dapat mencegah terjadinya infeksi HPV.

Resiko berkembangnya kanker serviks pada wanita yang tidak melakukan screening secara teratur adalah lima kali lebih tinggi dibandingkan yang teratur.

Lantas Apakah Wanita Tak Dapat Cegah Terjadinya Kanker Serviks?
Ada suatu vaksin yang menargetkan HPV tipe 16 dan 18 yang berpotensi untuk mencegah lebih dari 70 persen kanker serviks.

Vaksin ini akan meningkatkan kemampuan sistem kekebalan untuk mengenali dan menghancurkan virus ketika masuk ke dalam tubuh, sebelum membentuk infeksi.

Di masa mendatang, vaksinasi bersama deteksi dini dapat mengurangi resiko terkena kanker serviks dibandingkan hanya dengan deteksi dini saja. Dan yang utama dapat mengurangi jumlah deteksi dini yang tidak normal yang memerlukan tindak lanjut.

sumber : astaga.com – 17 april 2009

dismenore (nyeri haid)

Dismenore (nyeri haid)

DEFINISI
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi. PENYEBAB
Disebut dismenore primer jika tidak ditemukan penyebab yang mendasarinya dan dismenore sekunder jika penyebabnya adalah kelainan kandungan.

Dismenore primer sering terjadi, kemungkinan lebih dari 50% wanita mengalaminya dan 15% diantaranya mengalami nyeri yang hebat.
Biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama.

Nyeri pada dismenore primer diduga berasal dari kontraksi rahim yang dirangsang oleh prostaglandin.
Nyeri dirasakan semakin hebat ketika bekuan atau potongan jaringan dari lapisan rahim melewati serviks (leher rahim), terutama jika saluran serviksnya sempit. Faktor lainnya yang bisa memperburuk dismenore adalah:
- rahim yang menghadap ke belakang (retroversi)
- kurang berolah raga
- stres psikis atau stres sosial.

Pertambahan umur dan kehamilan akan menyebabkan menghilangnya dismenore primer.
Hal ini diduga terjadi karena adanya kemunduran saraf rahim akibat penuaan dan hilangnya sebagian saraf pada akhir kehamilan.

Perbedaan beratnya nyeri tergantung kepada kadar prostaglandin. Wanita yang mengalami dismenore memiliki kadar prostaglandin yang 5-13 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami dismenore.
Dismenore sangat mirip dengan nyeri yang dirasakan oleh wanita hamil yang mendapatkan suntikan prostaglandin untuk merangsang persalinan.

Dismenore sekunder lebih jarang ditemukan dan terjadi pada 25% wanita yang mengalami dismenore.
Penyebab dari dismenore sekunder adalah:

  • Endometriosis
  • Fibroid
  • Adenomiosis
  • Peradangan tuba falopii
  • Perlengketan abnormal antara organ di dalam perut.
  • Pemakaian IUD.
    Dismenore sekunder seringkali mulai timbul pada usia 20 tahun.
  • GEJALA
    Dismenore menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai.
    Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada.

    Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang.
    Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih. Kadang sampai terjadi muntah. DIAGNOSA
    Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. PENGOBATAN
    Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non-steroid (misalnya ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat). Obat ini akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi.
    Selain dengan obat-obatan, rasa nyeri juga bisa dikurangi dengan:
    - istirahat yang cukup
    - olah raga yang teratur (terutama berjalan)
    - pemijatan
    - yoga
    - orgasme pada aktivitas seksual
    - kompres hangat di daerah perut.

    Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual, tetapi mual dan muntah biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi.
    Gejala juga bisa dikurangi dengan istirahat yang cukup serta olah raga secara teratur.

    Jika nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan sehari-hari, maka diberikan pil KB dosis rendah yang mengandung estrogen dan progesteron atau diberikan medroxiprogesteron.
    Pemberian kedua obat tersebut dimaksudkan untuk mencegah ovulasi (pelepasan sel telur) dan mengurangi pembentukan prostaglandin, yang selanjutnya akan mengurangi beratnya dismenore.
    Jika obat ini juga tidak efektif, maka dilakukan pemeriksaan tambahan (misalnya laparoskopi).

    Jika dismenore sangat berat bisa dilakukan ablasio endometrium, yaitu suatu prosedur dimana lapisan rahim dibakar atau diuapkan dengan alat pemanas.

    Pengobatan untuk dismenore sekunder tergantung kepada penyebabnya.

    sumber : http://medicastore.com/penyakit/101/Dismenore.html

    Kanker Leher Rahim (serviks)

    Kanker Leher Rahim (serviks)

    DEFINISI
    Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.

    Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.
    90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. PENYEBAB
    Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tak terkendali.
    Jika sel serviks terus membelah maka akan terbentuk suatu massa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas. Jika tumor tersebut ganas, maka keadaannya disebut kanker serviks.

    Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks:

    1. HPV (human papillomavirus)
      HPV adalah virus penyebab kutil genitalis (kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56.
    2. Merokok
      Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.
    3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini
    4. Berganti-ganti pasangan seksual
    5. Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia di bawah 18 tahun, berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks
    6. Pemakaian DES (dietilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran (banyak digunakan pada tahun 1940-1970)
    7. Gangguan sistem kekebalan
    8. Pemakaian pil KB
    9. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun
    10. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan Pap smear secara rutin)

    Keadaan Prekanker Pada Serviks

    Sel-sel pada permukaan serviks kadang tampak abnormal tetapi tidak ganas.
    Para ilmuwan yakin bahwa beberapa perubahan abnormal pada sel-sel serviks merupakan langkah awal dari serangkaian perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian bisa menyebabkan kanker.
    Karena itu beberapa perubahan abnormal merupakan keadaan prekanker, yang bisa berubah menjadi kanker.

    Saat ini telah digunakan istilah yang berbeda untuk perubahan abnormal pada sel-sel di permukaan serviks, salah satu diantaranya adalah lesi skuamosa intraepitel (lesi artinya kelainan jaringan, intraepitel artinya sel-sel yang abnormal hanya ditemukan di lapisan permukaan).

    Perubahan pada sel-sel ini bisa dibagi ke dalam 2 kelompok:

    1. Lesi tingkat rendah : merupakan perubahan dini pada ukuran, bentuk dan jumlah sel yang membentuk permukaan serviks. Beberapa lesi tingkat rendah menghilang dengan sendirinya. Tetapi yang lainnya tumbuh menjadi lebih besar dan lebih abnormal, membentuk lesi tingkat tinggi.
      Lesi tingkat rendah juga disebut displasia ringan atau neoplasia intraepitel servikal 1 (NIS 1).
      Lesi tingkat rendah paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 25-35 tahun, tetapi juga bisa terjadi pada semua kelompok umur.
    2. Lesi tingkat tinggi : ditemukan sejumlah besar sel prekanker yang tampak sangat berbeda dari sel yang normal.
      Perubahan prekanker ini hanya terjadi pada sel di permukaan serviks. Selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, sel-sel tersebut tidak akan menjadi ganas dan tidak akan menyusup ke lapisan serviks yang lebih dalam.
      Lesi tingkat tinggi juga disebut displasia menengah atau displasia berat, NIS 2 atau 3, atau karsinoma in situ.
      Lesi tingkat tinggi paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 30-40 tahun.

    Jika sel-sel abnormal menyebar lebih dalam ke dalam serviks atau ke jaringan maupun organ lainnya, mada keadaannya disebut kanker serviks atau kanker serviks invasif.
    Kanker serviks paling sering ditemukan pada usia diatas 40 tahun. GEJALA
    Perubahan prekanker pada serviks biasanya tidak menimbulkan gejala dan perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan panggul dan Pap smear.

    Gejala biasanya baru muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan di sekitarnya. Pada saat ini akan timbul gejala berikut:
    - Perdarahan vagina yang abnormal, terutama diantara 2 menstruasi, setelah melakukan hubungan seksual dan setelah menopause
    - Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
    - Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink, coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.

    Gejala dari kanker serviks stadium lanjut:
    - Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan
    - Nyeri panggul, punggung atau tungkai
    - Dari vagina keluar air kemih atau tinja
    - Patah tulang (fraktur).

    Kanker serviks DIAGNOSA
    Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut:

    1. Pap smear
      Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks secara akurat dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Akibatnya angka kematian akibat kanker servikspun menurun sampai lebih dari 50%.
      Setiap wanita yang telah aktif secara seksual atau usianya telah mencapai 18 tahun, sebaiknya menjalani Pap smear secara teratur yaitu 1 kali/tahun. Jika selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil yang normal, Pap smear bisa dilakukan 1 kali/2-3tahun.
      Hasil pemeriksaan Pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks:
      - Normal
      - Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)
      - Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)
      - Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar)
      - Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya).

      Pap  smear
      Pap smear

    2. Biopsi
      Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika Pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker.
    3. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
    4. Tes Schiller
      Serviks diolesi dengan lauran yodium, sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat, sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.

    Untuk membantu menentukan stadium kanker, dilakukan beberapa pemeriksan berikut:
    - Sistoskopi
    - Rontgen dada
    - Urografi intravena
    - Sigmoidoskopi
    - Skening tulang dan hati
    - Barium enema. PENGOBATAN
    Pengobatan lesi prekanker

    Pengobatan lesi prekanker pada serviks tergantung kepada beberapa faktor berikut:
    - tingkatan lesi (apakah tingkat rendah atau tingkat tinggi)
    - rencana penderita untuk hamil lagi
    - usia dan keadaan umum penderita.

    Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi. Tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan Pap smear dan pemeriksaan panggul secara rutin.

    Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa:

  • Kriosurgeri (pembekuan)
  • Kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi)
  • Pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di sekitarnya
  • LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi.
    Setelah menjalani pengobatan, penderita mungkin akan merasakan kram atau nyeri lainnya, perdarahan maupun keluarnya cairan encer dari vagina.

    Pada beberapa kasus, mungkin perlu dilakukan histerektomi (pengangkatan rahim), terutama jika sel-sel abnormal ditemukan di dalam lubang serviks. Histerektomi dilakukan jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi.

    Pengobatan untuk kanker serviks

    Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan rencana penderita untuk hamil lagi.

    1. Pembedahan

      Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP.
      Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak.
      Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan.
      Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi.

      Pada kanker invasif, dilakukan histerektomi dan pengangkatan struktur di sekitarnya (prosedur ini disebut histerektomi radikal) serta kelenjar getah bening.
      Pada wanita muda, ovarium (indung telur) yang normal dan masih berfungsi tidak diangkat.

    2. Terapi penyinaran

      Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul.
      Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya.
      Ada 2 macam radioterapi:
      - Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar
      Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
      - Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam serviks.
      Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.
      Efek samping dari terapi penyinaran adalah:
      - iritasi rektum dan vagina
      - kerusakan kandung kemih dan rektum
      - ovarium berhenti berfungsi.

    3. Kemoterapi

      Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan untuk menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker.
      Obat anti-kanker bisa diberikan melalui suntikan intravena atau melalui mulut.

      Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan periode pemulihan, lalu dilakukan pengobatan, diselingi denga pemulihan, begitu seterusnya.

    4. Terapi biologis

      Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh dalam melawan penyakit.
      Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
      Yang paling sering digunakan adalah interferon, yang bisa dikombinasikan dengan kemoterapi.

    Efek samping pengobatan

    Selain membunuh sel-sel kanker, pengobatan juga menyebabkan kerusakan pada sel-sel yang sehat sehingga seringkali menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan.
    Efek samping dari pengobatankanker sangat tergantung kepada jenis dan luasnya pengobatan. Selain itu, reaksi dari setiap penderita juga berbeda-beda.

    Metoda untuk membuang atau menghancurkan sel-sel kanker pada permukaan serviks sama dengan metode yang digunakan untuk mengobati lesi prekanker.
    Efek samping yang timbul berupa kram atau nyeri lainnya, perdarahan atau keluar cairan encer dari vagina.

    Beberapa hari setelah menjalani histerektomi, penderita bisa mengalami nyeri di perut bagian bawah. Untuk mengatasinya bisa diberikan obat pereda nyeri.
    Penderita juga mungkin akan mengalami kesulitan dalam berkemih dan buang air besar. Untuk membantu pembuangan air kemih bisa dipasang kateter.
    Beberapa saat setealh pembedahan, aktivitas penderita harus dibatasi agar penyembuhan berjalan lancar. Aktivitas normal (termasuk hubungan seksual) biasanya bisa kembali dilakukan dalam waktu 4-8 minggu.

    Setelah menjalani histerektomi, penderita tidak akan mengalami menstruasi lagi. Histerektomi biasanya tidak mempengaruhi gairah seksual dan kemampuan untuk melakukan hubungan seksual.
    Tetapi banyak penderita yang mengalami gangguan emosional setelah histerektomi. Pandangan penderita terhadap seksualitasnya bisa berubah dan penderita merasakan kehilangan karena dia tidak dapat hamil lagi.

    Selama menjalani radioterap, penderita mudah mengalami kelelahan yang luar biasa, terutama seminggu sesudahnya.
    Istirahat yang cukup merupakan hal yang penting, tetapi dokter biasanya menganjurkan agar penderita sebisa mungkin tetap aktif.

    Pada radiasi eksternal, sering terjadi kerontokan rambut di daerah yang disinari dan kulit menjadi merah, kering serta gatal-gatal. Mungkin kulit akan menjadi lebih gelap.
    Daerah yang disinari sebaiknya mendapatkan udara yang cukup, tetapi harus terlindung dari sinar matahari dan penderita sebaiknya tidak menggunakan pakaian yang bisa mengiritasi daerah yang disinari.

    Biasanya, selama menjalani radioterapi penderita tidak boleh melakukan hubungan seksual.
    Kadang setelah radiasi internal, vagina menjadi lebh sempit dan kurang lentur, sehingga bisa menyebabkan nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Untuk mengatasi hal ini, penderita diajari untuk menggunakan dilator dan pelumas dengan bahan dasar air.
    Pada radioterapi juga bisa timbul diare dan sering berkemih.

    Efek samping dari kemoterapi sangat tergantung kepada jenis dan dosis obat yang digunakan. Selain itu, efek sampingnya pada setiap penderita berlainan.
    Biasanya obat anti-kanker akan mempengaruhi sel-sel yang membelah dengan cepat, termasuk sel darah (yang berfungsi melawan infeksi, membantu pembekuan darah atau mengangkut oksigen ke seluruh tubuh).
    Jika sel darah terkena pengaruh obat anti-kanker, penderita akan lebih mudah mengalami infeksi, mudah memar dan mengalami perdarahan serta kekurangan tenaga.

    Sel-sel pada akar rambut dan sel-sel yang melapisi saluran pencernaan juga membelah dengan cepat.
    Jika sel-sel tersebut terpengaruh oleh kemoterapi, penderita akan mengalami kerontokan rambut, nafsu makannya berkurang, mual, muntah atau luka terbuka di mulut.

    Terapi biologis bisa menyebabkan gejala yang menyerupai flu, yaitu menggigil, demam, nyeri otot, lemah, nafsu makan berkurang, mual, muntah dan diare.
    Kadang timbul ruam, selain itu penderita juga bisa mudah memar dan mengalami perdarahan. PENCEGAHAN
    Ada 2 cara untuk mencegah kanker serviks:

    1. Mencegah terjadinya infeksi HPV
    2. Melakukan pemeriksaan Pap smear secara teratur .

    Pap smear (tes Papanicolau) adalah suatu pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel yang diperoleh dari apusan serviks.
    Pada pemeriksaan Pap smear, contoh sel serviks diperoleh dengan bantuan sebuah spatula yang terbuat dari kayu atau plastik (yang dioleskan bagian luar serviks) dan sebuah sikat kecil (yang dimasukkan ke dalam saluran servikal).
    Sel-sel serviks lalu dioleskan pada kaca obyek lalu diberi pengawet dan dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa.
    24 jam sebelum menjalani Pap smear, sebaiknya tidak melakukan pencucian atau pembilasan vagina, tidak melakukan hubungan seksual, tidak berendam dan tidak menggunakan tampon.
    Pap smear sangat efektif dalam mendeteksi perubahan prekanker pada serviks.
    Jika hasil Pap smear menunjukkan displasia atau serviks tampak abnormal, biasanya dilakukan kolposkopi dan biopsi

    Anjuran untuk melakukan Pap smear secara teratur:

  • Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun
  • Setiap tahun untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah menderita infeksi HPV atau kutil kelamin
  • Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB
  • Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun jika 3 kali Pap smear berturut-turut menunjukkan hasil negatif atau untuk wanita yang telah menjalani histerektomi bukan karena kanker
  • Sesering mungkin jika hasil Pap smear menunjukkan abnormal
  • Sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prekanker maupun kanker serviks.

    Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kanker serviks sebaiknya:
    - Anak perempuan yang berusia dibawah 18 tahun tidak melakukan hubungan seksual.
    - Jangan melakukan hubungan seksual dengan penderita kutil kelamin atau gunakan kondom untuk mencegah penularan kutil kelamin
    - Jangan berganti-ganti pasangan seksual
    - Berhenti merokok.

    Pemeriksaan panggul setiap tahun (termasuk Pap smear) harus dimulai ketika seorang wanita mulai aktif melakukan hubungan seksual atau pada usia 20 tahun. Setiap hasil yang abnormal harus diikuti dengan pemeriksaan kolposkopi dan biopsi.

    Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa vitamin A berpertan dalam menghentikan atau mencegah perubahan keganasan pada sel-sel, seperti yang terjadi pada permukaan serviks.

    Sumber : http://medicastore.com/penyakit/104/Kanker_Leher_Rahim_serviks.html

  • kanker rahim

    Kanker Rahim

    DEFINISI
    Kanker Rahim adalah tumor ganas pada endometrium (lapisan rahim).

    Kanker rahim biasanya terjadi setelah masa menopause, paling sering menyerang wanita berusia 50-60 taun.
    Kanker bisa menyebar (metastase) secara lokal maupun ke berbagai bagian tubuh (misalnya kanalis servikalis, tuba falopii, ovarium, daerah di sekitar rahim, sistem getah bening atau ke bagian tubuh lainnya melalui pembuluh darah). PENYEBAB
    Penyebabnya yang pasti tidak diketahui, tetapi tampaknya penyakit ini melibatkan peningkatan kadar estrogen.
    Salah satu fungsi estrogen yang normal adalah merangsang pembentukan lapisan epitel pada rahim. Sejumlah besar estrogen yang disuntikkan kepada hewan percobaan di laboratorium menyebabkan hiperplasia endometrium dan kanker.

    Wanita yang menderita kanker rahim tampaknya memiliki faktor resiko tertentu. (faktor resiko adalah sesuatu yang menyebabkan bertambahnya kemungkinan seseorang untuk menderita suatu penyakit).
    Wanita yang memiliki faktor resiko tidak selalu menderita kanker rahim, sebaliknya banyak penderita kanker rahim yang tidak memiliki faktor resiko. Kadang tidak dapat dijelaskan mengapa seorang wanita menderita kanker rahim sedangkan wanita yang lainnya tidak.

    Penelitian telah menemukan beberapa faktor resiko pada kanker rahim:

    1. Usia
      Kanker uterus terutama menyeranga wanita berusia 50 tahun keatas.
    2. Hiperplasia endometrium
    3. Terapi Sulih Hormon (TSH)
      TSH digunakan untuk mengatasi gejala-gejala menopause, mencegah osteoporosis dan mengurangi resiko penyakit jantung atau stroke.
      Wanita yang mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron memiliki resiko yang lebih tinggi. Pemakaian estrogen dosis tinggi dan jangka panjang tampaknya mempertinggi resiko ini.
      Wanita yang mengkonsumsi estrogen dan progesteron memiliki resiko yang lebih rendah karena progesteron melindungi rahim.
    4. Obesitas
      Tubuh membuat sebagian estrogen di dalam jaringan lemak sehingga wanita yang gemuk memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi. Tingginya kadar estrogen merupakan penyebab meningkatnya resiko kanker rahim pada wanita obes.
    5. Diabetes (kencing manis)
    6. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
    7. Tamoksifen
      Wanita yang mengkonsumsi tamoksifen untuk mencegah atau mengobati kanker payudara memiliki resiko yang lebih tinggi. Resiko ini tampaknya berhubungan dengan efek tamoksifen yang menyerupai estrogen terhadap rahim.
      Keuntungan yang diperoleh dari tamoksifen lebih besar daripada resiko terjadinya kanker lain, tetapi setiap wanita memberikan reaksi yang berlainan.
    8. Ras
      Kanker rahim lebih sering ditemukan pada wanita kulit putih.
    9. Kanker kolorektal
    10. Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun
    11. Menopause setelah usia 52 tahun
    12. Tidak memiliki anak
    13. Kemandulan
    14. Penyakit ovarium polikista
    15. Polip endometrium.
    GEJALA
    Gejalanya bisa berupa:
  • Perdarahan rahim yang abnormal
  • Siklus menstruasi yang abnormal
  • Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami menstruasi)
  • Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause
  • Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas 40 tahun)
  • Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
  • Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause)
  • Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
  • Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.Kanker rahim
  • DIAGNOSA
    Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut:
  • Pemeriksaan panggul
  • Pap smear
  • USG transvagina
  • Biopsi endometrium.Untuk membantu menentukan stadium atau penyebaran kanker, dilakukan pemeriksaan berikut:
    - Pemeriksaan darah lengkap
    - Pemeriksaan air kemih
    - Rontgen dada
    - CT scan tulang dan hati
    - Sigmoidoskopi
    - Limfangiografi
    - Kolonoskopi
    - Sistoskopi.

    Staging (Menentukan stadium kanker)

  • Stadium I : kanker hanya tumbuh di badan rahim
  • Stadium II : kanker telah menyebar ke leher rahim (serviks
  • Stadium III : kanker telah menyebar ke luar rahim, tetapi masih di dalam rongga panggul dan belum menyerang kandung kemih maupun rektum. Kelenjar getah bening panggul mungkin mengandung sel-sel kanker.
  • Stadium IV : kanker telah menyebar ke dalam kandung kemih atau rektum atau kanker telah menyebar ke luar rongga panggul.
  • PENGOBATAN
    Pemilihan pengobatan tergantung kepada ukuran tumor, stadium, pengaruh hormon terhadap pertumbuhan tumor dan kecepatan pertumbuhan tumor serta usia dan keadaan umum penderita.

    Metode pengobatan:

    1. Pembedahan
      Kebanyakan penderita akan menjalani histerektomi (pengangkatan rahim). Kedua tuba falopii dan ovarium juga diangkat (salpingo-ooforektomi bilateral) karena sel-sel tumor bisa menyebar ke ovarium dan sel-sel kanker dorman (tidak aktif) yang mungkin tertinggal kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang dihasilkan oleh ovarium. .
      Jika ditemukan sel-sel kanker di dalam kelenjar getah bening di sekitar tumor, maka kelenjar getah bening tersebut juga diangkat. Jika sel kanker telah ditemukan di dalam kelenjar getah bening, maka kemungkinan kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
      Jika sel kanker belum menyebar ke luar endometrium (lapisan rahim), maka penderita tidak perlu menjalani pengobatan lainnya.
    2. Terapi penyinaran (radiasi)
      Digunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker.
      Terapi penyinaran merupakan terapi lokal, hanya menyerang sel-sel kanker di daerah yang disinari.
      Pada stadium I, II atau III dilakukan terapi penyinaran dan pembedahan. Penyinaran bisa dilakukan sebelum pembedahan (untuk memperkecil ukuran tumor) atau setelah pembedahan (untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa).

      Ada 2 jenis terjapi penyinaran yang digunakan untuk mengobati kanker rahim:
      - Radiasi eksternal : digunakan sebuah mesin radiasi yang besar untuk mengarahkan sinar ke daerah tumor. Penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 kali/minggu selama beberapa minggu dan penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit. Pada radiasi eksternal tidak ada zat radioaktif yang dimasukkan ke dalam tubuh.
      - Radiasi internal : digunakan sebuah selang kecil yang mengandung suatu zat radioaktif, yang dimasukkan melalui vagina dan dibiarkan selama beberapa hari. Selama menjalani radiasi internal, penderita dirawat di rumah sakit.

    3. Kemoterapi Pada terapi hormonal digunakan zat yang mampu mencegah sampainya hormon ke sel kanker dan mencegah pemakaian hormon oleh sel kanker. Hormon bisa menempel pada reseptor hormon dan menyebabkan perubahan di dalam jaringan rahim.
      Sebelum dilakukan terapi hormon, penderita menjalani tes reseptor hormon. Jika jaringan memiliki reseptor, maka kemungkinan besar penderita akan memberikan respon terhadap terapi hormonal.
      Terapi hormonal merupakan terapi sistemik karena bisa mempengaruhi sel-sel di seluruh tubuh. Pada terapi hormonal biasanya digunakan pil progesteron.
      Terapi hormonal dilakukan pada:
      - penderita kanker rahim yang tidak mungkin menjalani pembedahan ataupun terapi penyinaran
      - penderita yang kankernya telah menyebar ke paru-paru atau organ tubuh lainnya
      - penderita yang kanker rahimnya kembali kambuh.
      Jika kanker telah menyebar atau tidak memberikan respon terhadap terapi hormonal, maka diberikan obat kemoterapi lain, yaitu siklofosfamid, doksorubisin dan sisplastin.

    Efek samping pengobatan kanker

    Pengobatan kanker bisa menyebabkan kerusakan pada sel dan jaringan yang sehat, karena itu bisa menimbulkan beberapa efek samping yang tidak diharapkan.
    Efek samping tersebut tergantung kepada berbagai faktor, diantaranya jenis dan luasnya pengobatan.

    Setelah menjalani histerektomi, penderita biasanya mengalami nyeri dan merasa sangat lelah. Kebanyakan penderita akan kembali menjalani aktivitasnya yang normal dalam waktu 4-8 minggu setelah pembedahan.
    Beberapa penderita mengalami mual dan muntah serta gangguan berkemih dan buang air besar.

    Wanita yang telah menjalani histerektomi tidak akan mengalami menstruasi dan tidak dapat hamil lagi. Jika ovarium juga diangkat, maka penderita juga mengalami menopause. Hot flashes dan gejala menopause lainnya akibat histerektomi biasanya lebih berat dibandingkan dengan gejala yang timbul karena menopause alami.

    Pada beberapa penderita, histerektomi bisa mempengaruhi hubungan seksual. Penderita merasakan kehilangan sehingga mengalami kesulitan dalam melakukan hubungan seksual.

    Histerektomi
    Histerektomi

    Efek samping dari terapi penyinaran sangat tergantung kepada dosis dan bagian tubuh yang disinari.
    Biasanya kulit menjadi kering dan merah, rambut di daerah yang disinari mengalami kerontokan, nafsu makan berkurang dan kelelahan yang luar biasa.
    Beberapa penderita merasakan gatal-gatal, kekeringan dan perih pada vaginanya.
    Penyinaran juga menyebabkan diare atau sering berkemih.
    Radiasi juga bisa menyebabkan terjadinya penurunan jumlah sel darah putih.

    Wanita yang mengkonsumsi progesteron bisa mengalami peningkatan nafsu makan, penimbunan cairan dan penambahan berat badan. Jika masih mengalami menstruasi, maka siklusnya bisa mengalami perubahan. PENCEGAHAN
    Setiap wanita sebaiknya menjalani pemeriksaan panggul dan Pap smear secara rutin, untuk menemukan tanda-tanda pertumbuhan yang abnormal.
    Wanita yang memiliki faktor resiko kanker rahim sebaiknya lebih sering menjalani pemeriksaan panggul, Pap smear dan tes penyaringan (termasuk biopsi endometrium).

    Sumber : http://medicastore.com/penyakit/888/Kanker_Rahim.html

    Kanker Indung Telur

    Kanker Indung Telur

    DEFINISI
    Kanker Indung Telur (Kanker Ovarium) adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur).

    Kanker ovarium paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 50-70 tahun dan 1 dari 70 wanita menderita kanker ovarium.
    Kanker ovarium bisa menyebar secara langsung ke daerah di sekitarnya dan melalui sistem getah bening bisa menyebar ke bagian lain dari panggul dan perut; sedangkan melalui pembuluh darah, kanker bisa menyebar ke hati dan paru-paru. PENYEBAB
    Penyebabnya tidak diketahui.

    Efek perlindungan terhadap kanker ovarium ditemukan pada wanita yang memiliki banyak anak, wanita yang kehamilan pertamanya terjadi di usia dini dan wanita yang memakai pil KB.
    Sedangkan faktor resiko tejadinya kanker ovarium adalah:

  • Obat kesuburan
  • Pernah menderita kanker payudara
  • Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara dan/atau kanker ovarium
  • Riwayat keluarga yang menderita kanker kolon, paru-paru, prostat dan rahim (menunjukkan adanya sindroma Lynch II).
  • GEJALA
    Gejala awalnya berupa rasa tidak enak yang samar-samar di perut bagian bawah.

    Ovarium yang membesar pada wanita pasca menopause bisa merupakan pertanda awal dari kanker ovarium.

    Di dalam perut terkumpul cairan dan perut membesar akibat ovarium yang membesar ataupun karena penimbunan cairan.
    Pada saat ini penderita mungkin akan merasakan nyeri panggul, anemia dan berat badannya menurun.

    Kadang kanker ovarium melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebih pada lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan rambut.

    Gejala lainnya yang mungkin terjadi:
    - Panggul terasa berat
    - Perdarahan pervaginam
    - Siklus menstruasi abnormal
    - Gejala saluran pencernaan (perut kembung, nafsu makan berkurang, mual, munatah, tidak mampu mencerna makanan dalam jumlah seperti biasanya)
    - Sering berkemih.

    Kanker indung telur DIAGNOSA
    Diagnosis pada stadium dini sulit ditegakkan karena kanker baru menimbulkan gejala setelah mencapai stadium lanjut dan gejalanyapun menyerupai beberapa penyakit lainnya.
    Pada pemeriksaan fisik, lingkar perut bertambah atau ditemukan asites (penimbunan ciaran di dalam rongga abdomen). Pada pemeriksaan panggul diberukan massa ovarium atau massa perut.

    Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
    - Pemeriksan darah lengkap
    - Pemeriksaan kimia darah
    - CA125
    - Serum HCG
    - Alfa fetoprotein
    - Analisa air kemih
    - Pemeriksaan saluran pencernaan
    - Laparatomi
    - USG
    - CT scan atau MRI perut. PENGOBATAN
    Jika kanker belum menyebar ke luar ovarium, hanya dilakukan pengangkatan ovarium yang terkena dan mungkin dengan tuba falopiinya (saluran indung telur).

    Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan pengangkatan kedua ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening dan struktur di sekitarnya.

    Setelah pembedahan bisa dilakukan terapi penyinaran dan kemoterapi untuk menghancurkan sisa-sisa sel kanker.

    Sumber : http://medicastore.com/penyakit/889/Kanker_Indung_Telur.html

    kanker vulva

    Kanker Vulva

    DEFINISI

    Kanker Vulva adalah tumor ganas di dalam vulva.

    Vulva merupakan bagian luar dari sistem reproduksi wanita, yang meliputi labia, lubang vagina, lubang uretra dan klitoris.

    3-4% kanker pada sistem reproduksi wanita merupakan kanker vulva dan biasanya terjadi setelah menopause.

    Beberapa jenis kanker vulva:

    1. Karsinoma sel skuamosa (85%)
      Karsinoma sel skuamosa berasal dari sel-sel skuamosa yang merupakan jenis sel kulit yang utama.
      Kanker jenis ini biasanya terbentuk secara perlahan selama bertahun-tahun dan biasanya didahului oleh suatu perubahan prekanker yang mungkin berlangsung selama beberapa tahun.

      Istilah kedokteran yang sering digunakan untuk keadaan prekanker ini adalah Neoplasma intraepitel vulva (NIV, intraepitel artinya sel-sel prekanker terbatas pada epitel yang merupakan lapisan permukaan pada kulit vulva.
      NIV terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu NIV1, NIV2, and NIV3. Istilah lainnya untuk NIV adalah displasia.
      Tingkat keparahan perubahan prekanker mulai dari yang terendah sampai yang terberat:
      - NIV1 atau displasia ringan
      - NIV2 atau displasia menengah
      - NIV3 atau displasia berat
      - Karsinoma in situ
      - Karsinoma invasif.

    2. Melanoma (5%)
      Melanoma berasal dari sel penghasil pigmen yang memberikan warna pada kulit.
    3. Sarkoma (2%)
      Ssarkoma adalah tumor jaringan ikat di bawah kulit yang cenderung tumbuh dengan cepat.
      Sarkoma vulva bisa menyerang semua golongan usia, termasuk anak-anak.
    4. Karsinoma sel basal (1%)
      Karsinoma sel basal sangat jarang terjadi pada vulva, karena biasanya menyerang kulit yang terpapar oleh sinar matahari.
    5. Adenokarsinoma (1%)
      Sejumlah kecil kanker vulva berasal dari kelenjar dan disebut adenokarsinoma. Beberapa diantaranya berasal dari kelenjar Bartholin yang ditemukan pada lubang vagina dan menghasilkan cairan pelumas yang menyerupai lendir.
      Kebanyakan kanker kelenjar Bartholin adalah adenokarsinoma, tetapi beberapa diantaranya (terutama yang tumbuh dari saluran kelenjar) merupakan karsinoma sel transisional atau karsinoma sel skuamosa.
      Meskipun agak jarang, adenokarsinoma juga bisa berasal dari kelenajr keringat pada kulit vulva.
    PENYEBAB
    Penyebabnya tidak diketahui.

    Faktor resiko terjadinya kanker vulva:

    1. Infeksi HPV atau kutil kelamin (kutil genitalis)
      HPV merupakan virus penyebab kutil kelamin dan ditularkan melalui hubungan seksual.
    2. Pernah menderita kanker leher rahim atau kanker vagina
    3. Infeksi sifilis
    4. Diabetes
    5. Obesitas
    6. Tekanan darah tinggi.
    7. Usia
      Tigaperempat penderita kanker vulva berusia diatas 50 tahun dan dua pertiganya berusia diatas 70 tahun ketika kanker pertama kali terdiagnosis.
      Usia rata-rata penderita kanker invasif adalah 65-70 tahun.
    8. Hubungan seksual pada usia dini
    9. Berganti-ganti pasangan seksual
    10. Merokok
    11. Infeksi HIV
      HIV adalah virus penyebab AIDS. Virus ini menyebabkan kerusakan pada sistem kekebalan tubuh sehingga wanita lebih mudah mengalami infeksi HPV menahun.
    12. Golongan sosial-ekonimi rendah
      Hal ini berhubungan dengan pelayanan kesehatan yang adekuat, termasuk pemeriksaan kandungan yang rutin.
    13. Neoplasia intraepitel vulva (NIV)
    14. Liken sklerosus
      Penyakit ini menyebabkan kulit vulva menjadi tipis dan gatal.
    15. Peradangan vulva menahun
    16. Melanoma atau tahi lalat atipik pada kulit selain vulva.
    GEJALA
    Kanker vulva mudah dilihat dan teraba sebagai benjolan, penebalan ataupun luka terbuka pada atau di sekitar lubang vagina.
    Kadang terbentuk bercak bersisik atau perubahan warna. Jaringan di sekitarnya mengkerut disertai gatal-gatal.
    Pada akhirnya akan terjadi perdarahan dan keluar cairan yang encer.

    Gejala lainnya adalah:
    - nyeri ketika berkemih
    - nyeri ketika melakukan hubungan seksual.

    Hampir 20% penderita yang tidak menunjukkan gejala. DIAGNOSA
    Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil biopsi jaringan.

    Staging (Menentukan stadium kanker)

    Staging merupakan suatu peroses yang menggunakan hasil-hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik tertentu untuk menentukan ukuran tumor, kedalaman tumor, penyebaran ke organ di sekitarnya dan penyebaran ke kelenjar getah bening atau organ yang jauh.
    Dengan mengetahui stadium penyakitnya maka dapat ditentukan rencana pengobatan yang akan dijalani oleh penderita.

    Jika hasil biopsi menunjukkan bahwa telah terjadi kanker vulva, maka dilakukan beberapa pemeriksaan untuk mengetahui penyebaran kanker ke daerah lain:

  • Sistoskopi (pemeriksaan kandung kemih)
  • Proktoskopi (pemeriksaan rektum)
  • Pemeriksaan panggula dibawah pengaruh obat bius
  • Rontgen dada
  • CT scan dan MRI.

    Stadium kanker vulva dari sistem FIGO:
    - Stadium 0 (karsinoma in situ, penyakit Bowen) : kanker hanya ditemukan di permukaan kulit vulva
    - Stadium I : kanker ditemukan di vulva dan/atau perineum (daerah antara rektum dan vagina). Ukuran tumor sebesar 2 cm atau kurang dan belum menyebar ke kelenjar getah bening
    - Stadium IA : kanker stadium I yang telah menyusup sampai kedalaman kurang dari 1 mm
    - Stadium IB: kanker stadium I yang telah menyusup lebih dalam dari 1 mm
    - Stadium II : kanker ditemukan di vulva dan/atau perineu, dengan ukuran lebih besar dari 2 cm tetapi belum menyebar ke kelenjar getah bening
    - Stadium III : kanker ditemukan di vulva dan/atau perineum serta telah menyebar ke jaringan terdekat (misalnya uretra, vagina, anus) dan/atau telah menyebar ke kelenjar getah bening selangkangan terdekat.
    - Stadium IVA : kanker telah menyebar keluar jaringan terdekat, yaitu ke uretra bagian atas, kandung kemih, rektum atau tulang panggul, atau telah menyebar ke kelenjar getah bening kiri dan kanan
    - Stadium IVB : kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam panggul dan/atau ke organ tubuh yang jauh. PENGOBATAN
    Terdapat 3 jenis pengobatan untuk penderita kanker vulva:

    1. Pembedahan
      - Eksisi lokal luas : dilakukan pengangkatan kanker dan sejumlah jaringan normal di sekitar kanker
      - Eksisi lokal radikal : dilakukan pengangkatan kanker dan sejumlah besar jaringan normal di sekitar kanker, mungkin juga disertai dengan pengangkatan kelenjar getah bening
      - Bedah laser : menggunakan sinar laser untuk mengangkat sel-sel kanker
      - Vulvektomi skinning : dilakukan pengangkatan kulit vulva yang mengandung kanker
      - Vulvektomi simplek : dilakukan pengangkatan seluruh vulva
      - Vulvektomi parsial : dilakukan pengangkatan sebagian vulva
      - Vulvektomi radikal : dilakukan pengangkatan seluruh vulva dan kelenjar getah bening di sekitarnya.
      - Eksenterasi panggul : jika kanker telah menyebar keluar vulva dan organ wanita lainnya, maka dilakukan pengangkatan organ yang terkena (misalnya kolon, rektum atau kandung kemih) bersamaan dengan pengangkatan leher rahim, rahim dan vagina.
      Untuk membuat vulva atau vagina buatan setelah pembedahan, dilakukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh lainnya dan bedah plastik.
    2. Terapi penyinaran
      Pada terapi penyinaran digunakan sinar X atau sinar berenergi tinggi lainnya utnuk membunuh sel-sel kanker dan memperkecil ukuran tumor.
      Pada radiasi eksternal digunakan suatu mesin sebagai sumber penyinaran; sedangkan pada radiasi internal, ke dalam tubuh penderita dimasukkan suatu kapsul atau tabung plastik yang mengandung bahan radioaktif.
    3. Kemoterapi
      Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat tersedia dalam bentuk tablet/kapsul atau suntikan (melalui pembuluh darah atau otot).
      Kemoterapi merupakan pengobatan sistemik karena obat masuk ke dalam aliran darah sehingga sampai ke seluruh tubuh dan bisa membunuh sel-sel kanker di seluruh tubuh.

    Pengobatan berdasarkan stadium
    Pengobatan kanker vulva tergantung kepada stadium dan jenis penyakit serta usia dan keadaan umum penderita.

    - Kanker vulva stadium 0

    1. Eksisi lokal luas atau bedah laser, atau kombinasi keduanya
    2. Vulvektomi skinning
    3. Salep yang mengandung obat kemoterapi

    - Kanker vulva stadium I

    1. Eksisi lokal luas
    2. Eksisi lokal radikal ditambah pengangkatan seluruh kelenjar getah bening selangkangan dan paha bagian atas terdekat pada sisi yang sama dengan kanker
    3. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening selangkangan pada salah satu atau kedua sisi tubuh
    4. Terapi penyinaran saja.

    - Kanker vulva stadium II

    1. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening selangkangan kiri dan kanan. Jika sel kanker ditemukan di dalam kelenjar getah bening, maka dilakukan setelah pembedahan dilakukan penyinaran yang diarahkan ke panggul
    2. Terapi penyinaran saja (pada penderita tertentu).

    - Kanker vulva stadium III

    1. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening selangkangan dan kelenjar getah bening paha bagian atas kiri dan kanan.
      Jika di dalam kelenjar getah bening ditemukan sel-sel kanker atau jika sel-sel kanker hanya ditemukan di dalam vulva dan tumornya besar tetapi belum menyebar, setelah pembedahan dilakukan terapi penyinaran pada panggul dan selangkangan
    2. Terapi radiasi dan kemoterapi diikuti oleh vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening kiri dan kanan
    3. Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan atau tanpa kemoterapi.

    - Kanker vulva stadium IV

    1. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon bagian bawah, rektum atau kandung kemih ( tergantung kepada lokasi penyebaran kanker) disertai pengangkatan rahim, leher rahim dan vagina (eksenterasi panggul)
    2. Vulvektomi radikal diikuti dengan terapi penyinaran
    3. Terapi penyinaran diikuti dengan vulvektomi radikal
    4. Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan atau tanpa kemoterapi dan mungkin juga diikuti oleh pembedahan.

    - Kanker vulva yang berulang (kambuh kembali)

    1. Eksisi lokal luas dengan atau tanpa terapi penyinaran
    2. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon, rektum atau kandung kemih (tergantung kepada lokasi penyebaran kanker) disertai dengan pengangkatan rahim, leher rahim dan vagina (eksenterasi panggul)
    3. Terapi penyinaran ditambah dengan kemoterapi dengan atau tanpa pembedahn
    4. Terapi penyinaran untuk kekambuhan lokal atau untuk mengurangi gejala nyeri, mual atau kelainan fungsi tubuh.
    PENCEGAHAN
    Ada 2 cara untuk mencegah kanker vulva:
    1. Menghindari faktor resiko yang bisa dikendalikan
    2. Mengobati keadaan prekanker sebelum terjadinya kanker invasif.

    Keadaan prekanker bisa ditemukan dengan menjalani pemeriksaan sistem reproduksi secara teratur dan memeriksakan setiap ruam, tahi lalat, benjolan atau kelainan vulva lainnya yang sifatnya menetap.
    Pengobatan NIV bisa mencegah sejumlah kasus kanker invasif.

    Melanoma bisa dicegah dengan mengangkat tahi lalat atipik.

    Setiap wanita hendaknya mewaspadai setiap perubahan yang terjadi pada kulit vulva dengan melakukan pemeriksaan sendiri (dengan bantuan sebuah cermin) setiap bulan.

    Sumber : http://medicastore.com/penyakit/890/Kanker_Vulva.html


  •